Rabu, 07 Juli 2010
Kisah Seorang Supir Taksi
Seorang laki-laki berdasi dan berjas rapi sedang menunggu taksi dan bersiap pulang dari bekerja. Beberapa saat kemudian taksi yang ditunggu-tunggu pun muncul dan segera memberhentikannya.
“silakan masuk pak. Mau kemana pak?” sapa sopir teresebut dengan ramah.
“oya, tolong antar saya ke rumah saya di kawasan Jakarta selatan” jawab lelaki itu.
Taksi pun meluncur melintasi jalanan Jakarta.
Lelaki tersebut mencoba membuka percapakan dengan sang sopir.
“dilihat dari wajah bapak, sepertinya setoran hari ini lancar pak?” Kata lelaki itu.
“oiya” jawab sopir sambil sumringah. “Alhamdulillah pak, rezeki sedang lancar” lanjutnya.
“Alhamdulillah, bagus-bagus” kata lelaki tersebut dengan senyuman.
“Pak” lanjut lelaki tersebut. “kalo sedang sibuk seperti ini, kalo pas lapar, apa sempet ke warung untuk makan?” Tanya lelaki itu.
“oh jelas pak, makan itu perlu supaya badan tetap fit dan bisa tetap kerja” jawab sopir taksi.
Bebarapa saat kemudian sang lelaki bertanya kembali, “nah, kalo tiba-tiba saja sakit perut apa bapak juga sempat ke kamar kecil?”
“wah itu lebih jelas lagi pak. Itu justru tidak dapat ditunda. Kalo ditunda bisa gaswat” jawab sang sopir sambil sedikit terkekeh.
“boleh nanya lagi pak?” kata lelaki itu, “begini pak, maaf lho pak, kalo seandainya waktu shalat tiba dan adzan sedang berkumandang, apa bapak juga sempat ke masjid untuk sholat?”
Tiba-tiba sang sopir tersebut terdiam. Tidak seperti menjawab kedua pertanyaan sebelumnya. Rupanya sang sopir termenung dengan pertanyaan lelaki tadi hingga wajahnya sedikit tertunduk.
Ketika taksi telah sampai tujuan dan lelaki tersebut keluar dari dalam taksi setelah membayar ongkos taksi, tiba-tiba sang sopir berkata, “pak, terima kasih banyak”.
Lelaki tersebut kaget, “terima kasih untuk apa, memang sudah sepatutnya saya membayar ongkos taksi ini bukan?”
“Bukan itu pak.” Lanjut sopir. “tapi, bapak sudah mengingatkan saya tentang suatu hal yang saya lalaikan. Ketika panggilan perut dan panggilan pantat, saya selalu tunaikan sesuai dengan waktunya, tetapi saya justru tidak pernah menyambut panggilan dari Allah untuk sholat. Pertanyaan-pertanyaan bapak membuat saya termenung dan sadar bahwa saya selama ini diperbudak oleh perut dan pantat. Sedangkan panggilan sholat sering saya abaikan. Betapa hinanya saya selama ini pak.” Kata sang sopir dengan wajah tertunduk. “sekali lagi terima kasih pak..”
“berterima kasihlah kepada Allah yang memberikan hidayah, karena saya hanya penumpang taksi.” Jawab lelaki tersebut dengan senyum haru.
Labels:
Taman Makna
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar